Biodata

Foto saya
BTN Pepabri Leneng, Praya, Nusa Tenggara Barat, Indonesia

Kamis, 14 Juli 2016

Revolusi Mental, Pelopori Kebangkitan Bangsa

Praja IPDN-Kader Revolusi Mental


Oleh : Muh Nanda Pratama
Madya Praja IPDN Kampus NTB
( Termuat di Koran Lombok Post Edisi 15 Juli 2016)


“Bareng anyong saling sedok”. Sepenggal kalimat sesenggak sasak ini mungkin sering terdengan di telinga masyarakat sasak. Kalimat ini merupakan gambaran bangsa indonesia yang selalu memiliki rasa senasib sepenanggungan dalam kehidupan bermasyarakat.
“Negara Indonesia”, mendengar perkataan ini tergambar seperti sebuah emas yang tertanam di dalam tanah berlapis batu. Barang yang begitu berharga, yang sayangnya jarang ada orang yang sadar bahwa ada barang yang sangat berharga berada di balik lapisan tanah bebatuan. Kalaupun ada, ia akan berhenti menggali ketika berhadapan dengan batu.  Beginilah potret bangsa kita, bangsa yang besar namun pelaku yang berada di dalamnya seakan tidak sadar bahwa bangsa ini adalah bangsa besar yang butuh sentuhan para penggali bermental baja. Indonesia adalah "benua yang hilang" yang sebenarnya menjadi pusat peradaban dunia (Arysio Santos, 2010)  ATLANTIS : The Lost Continent Finally Found.
Terdapat tiga tahap perkembangan mental manusia, yaitu tahap teologis, metafisis dan tahap positif. Tahapan ini bersesuaian dengan tahap-tahap perkembangan individu dari masa kanak-kanak, melalui masa remaja, dan berakhir di masa dewasa (August Comte, 1842) Cours de philosophie Positive. Dalam setiap tahapan perkembangan tersebut, akan banyak faktor yang nanti akan mempengaruhi pola pikir setiap individu. Sehingga manusia pada tahap dewasa akan memiliki prinsip dalam hidup. Dominasi pengaruh faktor positif tentunya akan menciptakan manusia yang berbudi pekerti luhur.
Gentarnya Prinsip Budaya Lokal
Budaya saat ini berperan penting dalam mengelola pola pikir masyarakat indonesia dalam membentuk kepribadian. Budaya tidak tercipta dengan sekejap mata, tentu melalui proses yang panjang. Kebiasaan yang di benarkan terus menerus oleh masyarakat maka dengan sendirinya akan menjadi sebuah budaya. Seorang siswa yang melihat semua rekannya mengerjakan soal ujian dengan jujur secara terus menerus, tentu ia akan menirunya. Seorang anak yang melihat ayahnya setiap hari rajin beribadah, kelak hampir tidak mungkin anaknya menjadi seorang yang murtad.
Perkembangan global menuntut negara untuk tidak absen dalam berbagai keadaan yang ada di dunia, tidak dapat di pungkiri untuk membangun bangsa di butuhkan peran bangsa lain, kerjasama antar bangsa secara eksplisit berdampak pada terasimilasinya budaya. Angin segar kehadiran Nawacita presiden jokowi merupakan landasan awal dalam mempertahankanprinsip berkepribadian dalam berbudaya bangsa kita. “Reformasi birokrasi, kemandirian ekonomi, negara bekerja, revolusi mental” merupakan beberapa wujud kepekaan pemimpin bangsa ini dalam melihat peluang dan kondisi bangsa, kini dan masa yang akan datang. Maka inilah wujud dari visi yang tengah di ihtiarkan oleh bapak Jokowi-Jk, yakni “Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong royong”.
Reformasi birokrasi
Sorotan utama selalu datang dan menghampiri para birokrat bangsa. ketika kinerja tidak lagi sesuai dengan harapan, maka sistem dan dalang yang ada dalamnya menjadi pokok utama pengamatan setiap elemen masyarakat. Reformasi sistem selalu di perbaharui, melalui NPM (New Public Manajemen) sebagai upaya mencari pola terbaik yang selayaknya di terapkan pada negara kita, sehingga terciptanya good governance. Pada dasarnya terdapat empat fungsi Pemerintahan secara umum, yaitu fungsi regulasi, pelayanan, pembangunan, serta pemberdayaan. Fungsi pelayanan mutlak merupakan tanggungjawab eksekutif yang salah satu didalamnya terdapat para birokrat bangsa. Prinsip yang harus menjadi dasar para birokrat adalah mereka bukanlah objek pelayanan, melainkan subyek dari pelayanan. Maka sangat jelas, produk unggulan yang seharusnya di berikan oleh para birokrat adalah bagaimana mereka memberikan pelayanan secara prima. Sehingga stigma masyarakat terhadap birokrasi dapat dihilangkan. Jika demikian, maka sistem yang baik tanpa di iringi dengan revolusi kepribadian para dalang yang terlibat, keberhasilan merupakan keniscayaan yang dapat di capai.
Generasi Emas Indonesia
            Tahun 2045 merupakan rencana jangka panjang bangsa Indonesia dalam mencetak para  generasi emas bangsa, yang nantinya diharapkan mampu membawa bangsa Indonesia menjadi negara adidaya. Dalam pasal 31 ayat 4 UUD NRI 1945 menjelaskan bahwa negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari APBN serta APBD. Dari serpihan landasan konstitusional tersebut, maka sangat jelaslah begitu besar komitmen para pemimpin bangsa dalam mempersiapkan generasi penerusnya. Karena pemimpin yang berhasil merupakan mereka yang mampu menciptakan orang-orang yang lebih baik dari dirinya.
            Para pemimpin bangsa dan presiden Indonesia akan berasal dari kita yang sedang berstatus sebagai mahasiswa sekarang. Oleh karena itu marilah kita membangun  prinsip, mempersiapkan diri dan mental untuk mencapai Indonesia Emas 2045. Dengan konsep inilah pemuda semestinya bergerak dan menyadari dirinya, lebih dari itu pemuda harus bergerak bersama rakyat dan pemerintah untuk membangun bangsa. Bukanlah pemuda yang mengatakan bahwa “inilah ayahku”, Sesungguhnya pemuda adalah mereka yang berkata “inilah aku” (Ali bin Abi Thalib).
            Dengan demikian, revolusi mental selayaknya menjadi pelopor dalam membangkitkan keterpurukan moral bangsa saat ini. Setiap elemen masyarakat diharapkan menyadari akan pentingnya memperbaiki moral dan memacu untuk berlomba menjadi seorang pelopor revolusi mental demi mencapai tujuan berbangsa dan bernegara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar